Aku sampai ke rumah sekitar jam 6. 30, aku ketemu isteri, Nuniek, di
teras dan minta dia bikinin kopi. Aku buru-buru masuk kamar mandi yang
ada dikamar utamaku, bilang sama dia kalo kebelet pipis, padahal aku mau
ngecek kalo ada bekas-bekas lipstick atau apa lainnya dari Bu Henny
atau Bu Yanti tadi (pernah ketahuan sekali ada bekas lipstick di bajuku
dan kami ribut sekitar 1 minggu). Aku mandi air panas dari shower
sekitar 10 menit. Badanku jadi segar kembali. Aku lupa enggak bawa
handuk jadi keluar dari kamar mandi telanjang.
Sedang aku cari handuk, isteriku masuk kamar terus bilang"Bugil, nich ye. Sini, aku cariin handuk".
Dia
ambil handuk, dikasihkan ke aku, tapi tangannya sempat memegang
kontolku sambil ngomong"Yang beginian aja koq banyak yang nyari".
Deg, aku kaget dalam hati. Apa dia tahu lagi aku
menyeleweng? Apa dia tahu hari ini aku masuk motel sama cewek? Apa Bu
Yanti udah telepon dia?
Aku masih diam dan takut ketahuan, ketika
isteriku bilang"Kopinya udah Mas, mumpung masih panas diminum, ada
lumpia sama cake juga tuch".
"Iya, iya", kataku.
Aku pakai celana
pendek (CD juga) dan kaos oBLong dan ke ruang keluarga minum kopi dan
menikmati snack, sambil baca koran sementara isteriku menemani, juga
Diah, teman isteriku. Sekitar jam 7. 30 aku masuk kamar, bilang mau
tidur dulu. Aku betul-betul cape, habis seharian ngerjain dua perempuan
masing-masing dua kali lagi. Aku terlelap.
Aku terbangun ketika
merasakan ada tangan halus menggerayangi kontolku, aku buka mata eh
isteriku duduk diranjang dan cepat sekali mencopot celana pendekku
sekaligus CD ku dia langsung sedot kontolku dia kulum dia jilat-jilat
kepala kontolku biji pelerku. Ini betul-betul kejutan karena sudah lama
sekali dia enggak pernah ngoral aku. Tapi aku juga khawatir
jangan-jangan dia mau bikin ngaceng kontolku terus memotongnya, karena
aku ingat kata-kata dia waktu ngambilin handuk tadi"Yang beginian aja
koq banyak yang nyari". Aku jadi waspada, tetapi itu enggak terjadi,
malah sesudah sekitar 5 menit isteriku ngoral kontolku, langsung dia
buka semua pakaiannya, kaosku juga dibukain dan dia jongkok diatas
kontolku, nafsu sekali dia, dia pegang dan masukin ke vaginanya, dia
main atas menghadapku sekitar 7 menit, ganti posisi membelakangiku tanpa
mencabut kontolku (persis seperti Bu Yanti tadi siang), dia
menurun-naikkan pantatnya kencang sekali, penuh gairah yang enggak
biasa-biasanya. Karena rahasia keluarga, aku enggak ceritain detilnya,
yang jelas sesudah sekitar 20 menit aku masih bisa keluarin pejuh meski
cuma beberapa tetes.
Sesudah selesai, isteriku dengan lembut
sekali membersihkan kontolku, dia sendiri kemudian ke kamar mandi, terus
tiduran diatas dadaku, dia elus-elus dadaku, dikecupnya bibirku. Aku
sangat heran dengan perlakuannya yang sudah lama sekali enggak dia
berikan padaku.
Akhirnya dia bilang"Mas, aku mau cerita dan minta sesuatu ke Mas. Tapi sangat rahasia, Mas".
"Ada apa, Niek? Kalo bisa, ya kenapa enggak?".
Dengan
suara lembut akhirnya isteriku buka rahasia, kalo dia meminta aku
memberikan kehangatan buat Ibu Diah. Bu Diah, teman isteriku, umurnya 42
th, punya anak 1 dan suaminya lagi tugas belajar diluar negeri sudah 1
th tinggal 1 th lagi. Dulu Diah diajak suaminya ke LN enggak mau, dia
memilih ambil MM bidang IT (Information Technology) di satu universitas
di Jakarta, dengan izin cuti panjang dari perusahaannya di Solo.
Selama
di Jakarta, dia banyak tinggal di rumah kami, meski sering bolak balik
Jakarta-Solo menengok anaknya yang diasuh orang tua Bu Diah. Aku tahu
dia rajin sekali belajar dan cari data dari banyak instansi, juga
mengakses internet untuk mendapatkan data maupun pengetahuan IT yang
modern dari universitas di Jepang, Amrik juga Inggris. Dia juga sangat
rajin senam, fitness maupun BL, beberapa kali aku temanin dia jogging di
Senayan. Dia selalu anggun dengan BLazer dan mobil kecil yang dibawanya
dari Solo, meskipun dirumah selalu santai dengan pakaian longgar.
Memang bodynya aduhai sekali, ditambah kulitnya yang mulus kencang.
Payudaranya kelihatan kencang, pinggulnya bagus dan pantat bulat padat.
Tapi aku enggak pernah mikirin Bu Diah yang aneh-aneh. Waktu aku
kelihatan bengong mendengarkan permintaan isteriku, isteriku bilang kalo
Bu Diah sendiri yang memintanya, sudah beberapa kali dengan
pertimbangan2 mendalam.
Bu Diah selama ini mencoba menahan hasrat
sexualnya melalui kegiatan-kegiatan belajar, senam, fitness, BL, tapi
keinginan bersanggama enggak bisa dihilangkan. Bu Diah onani, tapi
enggak puas juga. Waktu suaminya belum ke LN mereka paling sedikit
sehari sekali ML. Bu Diah juga punya teman deket selama belajar di
Jakarta, dia pikir apa mau ngajak mereka ML. Tapi akhirnya Bu Diah
memilih aku, karena dianggap bisa menjaga rahasia, demikian juga
isteriku, tanpa Bu Diah dan suami serta keluarganya kehilangan nama baik
di masyarakat. Isteriku sendiri bilang kalo tidak keberatan.
"Itulah
Mas, ceritanya. Kalo Mas mau, malam ini aku atur acara sama Ibu Diah.
Tapi terus terang tadi aku kerjain Mas, soalnya aku mau duluan sebelum
Bu Diah kerjain punya Mas ini", kata isteriku sambil tersenyum nakal
sambil memegang kontolku.
Aku masih diam saja, enggak percaya sama
permintaan yang enggak masuk akal ini, tidur sama Ibu Diah yang sama
sekali nonsense menurutku.
Petang Hari Dengan Ibu Diah
Kami
makan bertiga, aku duduk diujung meja dengan isteri disebelah kananku
dan Ibu Diah disebelah kiriku. Pemandangan biasa sehari-hari. Tapi kali
ini, bukan lagi biasa. Aku makan cukup banyak.
Sesudah makan, Ibu Diah mau kupasin mangga, tapi isteriku bilang"Nggak usah Bu, biar aku aja. Ibu temanin Mas aja".
Kami
di meja makan sekitar 30 menit. Kecuali cerita bohong kalo aku cape
sekali kena macet dijalan dan banyak kerjaan harus ke Cikarang ngecek
inventory disana, aku banyak diam, tapi pikiranku mulai ngebayangin Ibu
Diah yang memang cantik, anggun, berwibawa dan sexy, aku bayangin
gerakan2nya kalo fitness, kalo senam ringan waktu pantatnya nungging,
waktu jogging buah dadanya goyang-goyang. Ibu Diah suka dansa, dia juga
bisa tari Jawa. Enggak terasa lutut kaki kiriku menempel ke kaki kanan
Bu Diah dibawah meja dan ini mulai menimbulkan sensasi sexual yang
menggairahkan.
Sesudah selesai makan, isteriku bilang"Ibu keatas dulu
ya, siapin VCD, kita karaoke bareng-bareng. Aku mau benahin ini dulu",
kata isteriku yang cepat membersihkan meja dll karena pembantu kami
cuman kerja siang hari aja, jadi kami cuma bertiga kalo malam hari.
Isteriku
memang baik sekali, dia juga siapin vitamin h. n dan i. (nggak boleh
sebut merek kan?) supaya aku perkasa, dia tersenyum waktu nyuruh aku
minum, mungkin dalam hati dia bilang"Nih biar kuat, tadi kan cuma
ngecret aja".
Kami bertiga berkaraoke ria di kamar keluarga
diatas. Suasana santai yang diciptakan isteriku, lagu-lagu yang kami
nyanyikan bersama, benar-benar memberikan kelegaan, keriangan dan
kedekatan hatiku dengan Bu Diah. Rasa cape-cape hilang semuanya. Aku
duduk ditengah diapit Nuniek dan Ibu Diah di sofa besar yang empuk,
kadang-kadang berdiri waktu nyanyi, sekali-sekali makan cake dan minum
coca cola yang disediakan isteriku. Ada sekitar 1 jam acara karaokean
ini, terus isteriku ngusulin kita melantai aja, dia pilih lagu-lagu
berirama walts seperti Tenneese Waltz, The Last Waltz dan sejenisnya.
Isteriku mula-mula ajak aku dansa, dia seakan demonstasikan didepan Ibu
Diah gimana pasangan suami-isteri dansa sambil berpelukan erat, pipi
menempel, tangan meraba pantat dansa yang pelan merangsang.
Sesudah 3
lagu, kemudian dia suruh aku gantian sama Ibu Diah sambil
berbisik"Sekarang Mas sama Bu Diah ya. Aku ikhlas sekali, Mas".
Aku
enggak perlu lagi menjawabnya, karena aku memang sudah ingin mendekap
Ibu Diah. Aku dekatin Diah, aku ajak dia dengan senyum yang Bu Diah
balas dengan senyum manis sekali, aku rangkul kemudian langkah kakiku
dan Bu Diah mengikuti waltz demi waltz yang enggak terputus, karena udah
disetel sama isteriku. Awalnya aku belum rapat memeluk Bu Diah, mungkin
aku ragu dan dia juga malu-malu, tapi aku mulai merasakan kehangatan
tubuh indah ini, body tinggi dengan porsi atletis, lekuk-liku yang
artistik sekali, Hemm, Bu Diah memakai parfum yang merangsang seperti
yang dipakai Bu Yanti tadi. Aku yang Cuma pakai celanda pendek dan kaos,
juga Bu Diah dengan short ketat dan kaos pendek tanpa beha berpelukan
erat dan semakin erat, kepalanya bersandar di bahuku, payudaranya
menempel ketat di dadaku, pantatnya yang besar keras aku rapatkan sambil
terus aku elus-elus, barangnya yang cembung menempel dikontolku yang
keduanya hanya dibatasi celana. detak jantungku bertambah kuat, nafas
menderu panas.
Aku lihat isteriku udah enggak ada lagi, dia
sangat baik memberikan kesempatan kami mereguk kehangatan. Sambil kaki
masih mengayun enggak karuan lagi mengikuti irama lagu, aku copot kaosku
dan aku juga mencopot kaos ketat Bu Diah. Bukan main Semua cewek hari
ini kalah sama Bu Diah, susu Bu Henny kalah besar, payudara Bu Yanti
kalah kenyal, juga isteriku tentu saja. Aku masih meneruskan ayunan
kaki, tapi bibir ini mulai mencium buah dada Bu Diah hingga dia
mengerang, aku kulum pentilnya yang masih kecil (mungkin dulu dia enggak
nyusuin anaknya) warnanya kemerahan. Aku enggak tahu lagi apa musik
masih mengalun apa enggak, tangan ini mulai meremas buah dada yang indah
sekali itu mengelus perutnya yang kecil meraba dan menekan pantatnya
yang besar keras aku tempelkan kontolku kencang sekali keshort ketatnya
yang membentuk cembung karena vaginanya Di atas ada kamar yang cukup
besar, aku ayunkan Bu Diah dengan langkah pelan kedalam sambil
berpelukan erat, aku hidupkan AC dan aku melantai atau lebih tepat
mengadu badan didepan kaca besar.
Aku nikmati tubuh indah melalui
kaca, aku rasakan kehangatan nafas Bu Diah, aku hirup wangi tubuhnya
wangi wanita yang minta dipuaskan syahwatnya. Bu Diah kelihatan malu
waktu melihat dirinya di kaca, dia alihkan pandangan ketempat lain. Aku
sengaja lama-lamain kemesraan ini, sekaligus memulihkan kondisiku alias
mengembalikan keperkasaan kontolku setelah minum vitamin dan obat kuat
dari isteriku tadi. Ibu Diah pasrah tapi enggak mau pro-aktif, mungkin
masih malu, dia biarkan aku berbuat apa saja menggerayangi lekuk-liku
tubuhnya dan kemudian melucuti short dan sekaligus CD nya kaki yang
indah, paha yang berisi. Aku renggangkan pelukan dan pandang tubuh indah
Bu Diah, dia malu.
"Mas, jangan dilihat gitu ach", sambil dia merebahkan badannya ke aku.
Aku peluk dia, aku cium dan aku balikkan kearah kaca.
"Mas, malu ah Mas", kata Bu Diah waktu melihat tubuhnya telanjang bulat di kaca.
Tapi
aku perkuat rangkulanku sambil meremas buah dadanya, aku cium lehernya
dan tanganku yang lain meraba-raba pusat kewanitaannya yang berambut
tipis tanganku kuat memegang pahanya aku buka selangkangannya, aku
telusuri vaginanya yang kenyal aku elus belahannya.
"Mas. udah Mas.", kata Bu Diah dan memang aku merasakan cairan hangat keluar dari vaginanya.
"Aku keluar Mas".
Dia
mulai gemetar, lalu aku angkat dia ke ranjang besar. aku rebahkan dan
lagi aku raba-raba vaginanya. aku elus itilnya. aku lihat merah sekali.
Bu Diah cepat-cepat menutupinya, tapi aku angkat lagi tangannya karena
aku mau menikmati pemandangan 'apem Solo belah tengah' yang gurih ini.
Aku sengaja enggak mau ngoral dia, aku sentuhkan jariku pelan-pelan ke
itilnya. Bibir kemaluan Bu Diah semakin basah. Aku enggak tahan lagi,
aku lepas celana pendek dan CDku aku naik ke atas dan aku arahkan
kontolku yang ngaceng keras itu kelubang kemaluan Bu Diah aku tekan
sekali dua kali belum masuk, akhirnya tangan Diah membantu mengarahkan
ke lubang kemaluannya yang sempit sekali, dan akhirnya BLees kepala
kontolku menembus kemaluan Bu Diah yang rapet, sesak rasanya. Aku maklum
vagina Bu Diah udah setahun enggak kemasukan kontol jadi kaget tapi
senang sekali apalagi tadi aku bilang kepala kontolku memang besar meski
panjang kontolku biasa-biasa aja. Aku sadar siapa yang aku setubuhi,
maka aku beraksi gentleman cara halus aku pakai aku tusuk pelan tapi
mantap ada mungkin 5 menit ketika Bu Diah berbisik"Mas cape ya? Biar aku
yang kerja".
Bu Diah ambil alih kendali senggama, dia goyangkan
pantatnya enggak terlalu cepat, tapi dia kerja dengan tenaga dalamnya
otot-otot vaginanya mencengkeram erat kontolku memiji-mijit batang
kemaluanku, aku betul-betul keenakan, jarang sekali perempuan bisa
empot-empot ayam seperti Bu Diah. Isteriku pernah coba, tapi enggak lagi
sesudah punya anak, beberapa cewek bisa empot-empot ayam, yang terlama
dan terkuat aku ingat Mbak Rita cewek Kuningan yang aku pernah aku
entotin tiga kali. Aku enggak perlu keluar banyak energi menyetubuhi Bu
Diah, aku naik turunkan kontolku pelan-pelan dan dalam-dalam di lubang
senggama Bu Diah, sementara empot-empot vaginanya terus mengurut-urut
batang kontolku sedangkan mulutku menyedot buah dada putih besar bagai
hidangan yang harus dinikmati, tangan Bu Diah memelukku erat, tangan
kananku meremas bokong dia dan angan kiriku menahan berat badanku.
shhssh, sshh. desis Bu Diah terus menerus ada sekitar 10 menit, lalu Bu
Diah mengerang"Maas, aku keluar lagi Maas.".
Aku cium keningnya,
bukannya Bu Diah melemah tapi dia pindahkan kedua tanganku dikiri kanan
mepet buah dadanya dan tangan dia dua-duanya memegang sandaran ranjang
Bu Diah keluarkan tenaga dalam lebih hebat lagi pantat memutar teratur
sekali lebih keras dan, empot-empot-empot-empot vagina Bu Diah lebih
sering dan lebih kencang memijat-mijat kontolku.
"Maas. aduuh.", Bu Diah orgasme lagi, tapi pantatnya terus berputar dan empot-empotnya enggak berhenti berhenti.
Kontolku
dengan kuat aku gosokkan kekiri-kanan bibir vaginanya, aku
senggol-senggolkan ke itil Bu Dian sementara aku senang sekali pandangin
wajah Bu Diah yang merem melek, mulut terbuka agak lebar aku jawab haus
gairah Bu Dian dengan tusukan-tusukanku kejantananku, aku penuhin
dahaga syahwati Bu Diah dengan sodokan-sodokan kemaluanku yang kuat, aku
bikin Bu Diah menggelinjang mengerang penuh nikmat birahi.
"Aah.
aah. aahh.", erangan erotis Bu Diah yang semakin keras sampai akhirnya
aku tumpahkan air maniku dalam-dalam ke vagina Bu Diah.
"Mas. Maas. Maas.", jerit kecil Bu Diah sambil kakinya mancal-mancal dan dia tarik aku, dia gigit leherku.
Airmaniku
ternyata cepat direproduksi, cairan kelaki-lakianku banyak masuk ke
vagina Bu Diah, pejuh kental hangatku memenuhi hasrat terpendam
kewanitaan Bu Diah, dia puas Agak lama aku masih benamkan kontolku di
vagina Bu Diah, aku enggak mau lepaskan keajaiban bersenggama dengan Bu
Diah, begitu juga Diah masih menjepitkan vaginanya kekontolku dengan
merapatkan pahanya. Kami berdua diam, tersenyum penuh makna, kemudian
Diah meneteskan air mata. Aku hapus airmata itu dan aku berbaring
disampingnya, aku belai dia.
Lama juga Bu Diah diam menenangkan diri sebelum dia bangkit, mengecup bibirku dan bilang"Mas tiduran aja, ya".
Dia
masuk ke kamar mandi yang juga ada di lantai atas, dia bersihkan diri
sekitar 5 menit dan ke ranjang lagi, membersihkan kontolku dengan handuk
kecil yang sudah dibasahin, mesra sekali dia perlakuan atau pelayanan
dia, sesudah selesai, dia merangkul aku, aku sun keningnya, kami
berbaring berpelukan.
"Mas, Mas Hikam betul jaga rahasia ya. Aku cuman percaya sama Mas Hikam dan Mbak Nuniek".
"OK, sayang. You can trust me", kataku sambil mempererat dekapanku.
Kami
berdua telanjang berpelukan, buah dadanya menempel dadaku, kaki kiriku
ditindih kaki kanannya, kaki kananku menindih kaki kirinya. pikiranku
melayang-layang penuh kepuasan, janganlah kenikmatan ini berlalu "Ibu
Diah, wanita sempurna luar dalam, cantik, pinter, gesit, pakar di
ranjang", akhirnya aku tertidur.